Manado punya arti yang sangat mendalam buat saya dalam hal beraktifitas di laut. Ditahun 1985, saya jatuh cinta dengan scuba diving karena mulai mengenal dunia bawah laut dengan menyelam di Bunaken. Di tahun 2004 saya mulai mencintai mancing jigging akibat hentakan entah ikan apa di laut sekitar Batu Kapal, Bitung.
Pengalaman di Bitung membawa saya ke kapal GT-1 dan Kapten Adhek di Denpasar-Bali yang biasa melayani mancing dengan cara jigging atau casting. Kapal ini punya prestasi membawa HM Ismeth untuk meraih rekor Formasi untuk Dogtooth Tuna seberat 71 Kg., yang dipancing dengan cara jigging.
Bukan maksud saya untuk mencari rekor atau apa, melainkan lamunan untuk melihat sambaran Giant Trevally pada popper yang kita gulung-sentak dengan berirama atau betotan tak terkendali yang membuat joran melengkung pada saat kita mengocok metal jig.
Angin laut dari arah Tenggara pada tanggal 22 Agustus 2004 terasa dingin dan kering, matahari yang mencorong tidak terasa menyengat. Gelombang 1- 1 � meter, tidak terlalu mengganggu laju kapal berdaya 2 x 200 HP ini, suara mesinnya menggerung halus, tanda sangat terawat walaupun sudah tidak tampak baru.
Kapal ini memang didesain khusus untuk mancing dengan cara jigging atau casting, cockpit yang luas dan tambahan rel berlapis busa setinggi pinggang di haluan kapal, cukup leluasa untuk 4 orang sekaligus melakukan casting dengan joran 2,4 meter. Sayangnya transom di cockpit tidak dilapisi busa, sehingga lutut yang dipakai untuk bertahan terhadap tarikan ikan bisa lecet.
Kami memang berempat HM Ismeth, Wahyu dan Rudy dari Marlin Fioshing Club Surabaya dan saya sendiri. Masing masing sudah menyiapkan joran khusus Jigging dan Casting, lengkap dengan poppers dan metal jigs yang sebenarnya tidak diperlukan benar, karena GT-1 sudah menyediakan perlengkapan yang cukup untuk keperluan tersebut.
Ismeth punya hubungan yang sangat khusus dengan GT-1, karena keberhasilannya memecahkan rekor Formasi, katagori kelas kenur 37 Kg, sekaligus katagori kelas bebas untuk Tuna Gigi Anjing seberat 71 Kg, 17 September 2002 yang lalu.
Wahyu dan Rudy dua kakak beradik yang selalu kompak, karena bila sang kakak kehausan dan minum Pocari Sweat dari tromol bekal mereka, maka sang adik akan ikut minum dari tromol yang sama, padahal berkaleng-kaleng Pocari Sweat, Coca Cola, Sprite, Fanta dan air mineral tersedia lebih dari cukup di peti es GT-1. Sang kakak dengan tekun mengajari sang adik bagaimana melakukan jigging yang baik. �Medun� gelung, medun� gelung �sing banter�� maksudnya turunkan joran sambil enggulung reel dengan cepat, angkat� begitu seterusnya dengan cepat dan berirama.
Saya yang baru pertama kali mencoba jigging serius, diam-diam menguping dan mengintip bagaimana cara melakukan jigging dengan benar, dan coba menirunya. Saya juga mengintip cara jigging dari Agus, asisten Kapten Adhek. Gayanya mirip dengan gaya Wahyu juga, stroke-nya pendek-pendek dan cepat, sekali-kali kalau perlu long stroke maka dia menekuk kedua lututnya sedikit sewaktu menurunkan joran dan serentak meluruskannya kembali sambil mengangkat joran. Demikian terus sehingga iramanya tidak selalu tetap pendek-pendek dan cepat, tetapi ada sesekali berubah jadi agak panjang tapi tetap cepat.
Memainkan metal jig, memang bukan pekerjaan yang mudah bagi orang yang belum terbiasa. Stroke pendek dan cepat disertai gerakan menggulung kenur yang berirama ternyata mudah dilihat, tidak mudah ditiru. Perlu latihan yang memadai untuk menyempurnakannya sebelum jig dapat mengelabui ikan pancingan. Kalau ikan tidak dalam mood untuk makan, hanya irama jigging yang variatif dan kreatiflah yang bisa menghasilkan strike.
Seperti di hari itu, strike pertama dimiliki oleh Agus, sang asisten, walaupun ikannya termasuk ikan yang lucu, yakni Lencam 2-3 Kiloan. Strike kedua juga masih lucu yakni Kurisi Bali. Saya diberi kehormatan untuk menjadi tukang tarik ikan, karena mungkin sang Kapten kasihan melihat saya ngos-ngosan �jogging� dengan metal jig 500 gr, tanpa hasil… Lumayan buat pemanasan sebelum pertarungan yang sesungguhnya.
Pertarungan yang sesungguhnya baru terjadi di lokasi lain, lokasi ini di sebut Crazy Point. Nama ini diberikan oleh pelanggan Jepang setia dari kapal GT-1, saking dia tergila-gila atas jumlah strike yang terjadi pada saat pertama kali ditemukan. Semuanya Amberjack dan Tuna Gigi Anjing ukuran besar.
Strike pertama, kedua, ketiga dan keempat terjadi pada saat yang hampir bersamaan, bukan double strikes, malah quadruple strikes !!! Wahyu nomor satu, Rudy kedua, Ismeth ketiga, saya keempat. Satu demi satu ikan diangkat, dipotret dan di release.
Sepanjang sore itu total strikes mencapai 27, 11 ter-release dan 16 di-release.
Pola arus pada hari itu tidak bersahabat dengan kami. Arus dari Utara dan angin dan gelombang dari Tenggara membuat kapal hanyut ke arah yang berlawanan dengan arah arus. Sehingga Metal Jig harus cukup bobotnya jika ingin cepat mencapai dasar hot spot.
Kenur yang dipakai adalah kenur yang tidak elastik, semacam Spectra atau ada yang mengistilahkannya sebagai benang PE. Kenur ini berdiameter jauh lebih kecil dari kenur biasa, sehingga gesekan dengan airnya jadi lebih kecil. Kedutan joran sewaktu melakukan jigging bisa disalurkan langsung ke metal jig oleh kenur ini tanpa diredam daya elastisitasnya sendiri.
Bagi Wahyu dan Rudy, kakak beradik, yang ototnya masih muda, memakai joran fast action yang kecil kelenturan jorannya adalah pilihan yang ideal. Selain kocokan bisa menjadi lebih cepat juga lebih mudah mengatur irama dan pola jigging-nya. Dari irama kedutan pendek-pendek dan cepat segera dapat dirubah ke irama yang cepat dan panjang atau kombinasi dari keduanya. Sedangkan bagi Ismeth dan terutama saya tidak banyak variasi jigging yang dapat kami lakukan, tapi ada satu ilmu yang belum sempat saya kuasai dari pak Ismeth yakni �the jigger rap�.
Gerakannya sederhana saja, yakni sementara kita sedang jigging dan terasa ada ikan yang menyambar, maka tanpa mengurangi irama �medun-gulung-angkat� tadi, kita hentak joran dengan cara meloncat ke atas (bukan ke laut..). maksudnya adalah agar kita dapat melakukan hooked-up dengan baik. Kalau diamati proses saat jigging yang berirama sampai hentakan untuk hooked-up tadi, maka sekuens-nya menggambarkan seolah-olah ayunan tangan dan bahu orang itu sedang mengambil ancang-ancang untuk kemudian melompat bersama seluruh badan ke atas paa saat strike terjadi.
Jadi tepat sekali kalau dikatakan bahwa mancing jigging bersama dengan mancing casting adalah sportfishing. Suatu rekreasi dan sekaligus olahraga. Jigging memerlukan stamina dan juga koordinasi otot yang perlu dilatih.
Bukan sesuatu yang mudah untuk selalu menjaga keseimbangan kala berdiri di atas kapal yang bergoyang karena ombak, mengocok joran, sekaligus menggulung reel secara terpola. Belum lagi pada saat memompa joran untuk menaikkan ikan. Nyaris sama tapi jauh lebih menyenangkan daripada sekedar mengayun-ayunkan barbel di gym.