CARE (Indonesian)

  Ngurah   04 December, 2005

CARE = CATCH  &  RELEASE.
CARE = CARE ECOSYSTEM.
CARE = OTHER ANGLER.
CARE = SAFETY.

Kata-kata tersebut diatas sudah sangat terbiasa, bahkan sangat sering kita dengar terutama dikalangan dunia pemancing. Bisa jadi orang sudah bosan dan muak mendengarnya. Bagi orang awam (bukan pemancing), kata-kata tersebut diatas terasa janggal dan aneh. Bahkan ada yang berpendapat: Kenapa sudah capek, buang uang, pergi jauh-jauh mancing, kok ikannya dilepas lagi. Sinting !!  Kan mendingan bawa pulang untuk oleh-oleh, atau dijual, bisa mengganti ongkos mancingnya atau bisa untuk membeli alat baru. Tolol benar pemancingnya.Apa dia tidak tahu harga ikan sekarang mahal. Tidak sedikit pula yang berpendapat: Sombong sekali orang itu. Tidak doyan ikan apa dia? Atau sudah kebanyakan duit ya?

Pro dan kontra tidak ada habisnya, baik dikalangan awam maupun antar pemancing sendiri. Perdebatan tidak ada hentinya. Masing-masing kelompok mempertahankan argumentasinya. Kelompok yang pro berpendapat  “kasihan nanti ikan cepat punah..Kalau punah, kita mau mancing kemana?”  Ambon? Papua? atau Afrika?
Sementara yang kontra berpendapat  “ikan tidak akan habis, laut kita luas dan kaya. Ikan yang dilepas belum tentu hidup, paling dimakan hiu nanti“.

I.G.F.A. (International Game Fishing Assosiation) dari puluhan tahun lalu sudah menerapkan peraturan catch & release, terutama untuk Bill Fish atau ikan yang berparuh.  Marlin, Sail Fish, Sword Fish dan Broad Bill. Yang boleh diangkat hanya yang dianggap bisa memecahkan rekor yang ada. Dibeberapa negara seperti, Australia, Amerika, Jepang dan beberapa negara di Eropa sudah menerapkan aturan ukuran minimum dan maksimum serta jumlah ikan yang boleh dibawa pulang. Ada juga yang mengharuskan pemancing membeli Lisensi untuk memancing ikan-ikan tertentu. Seperti Salmon, Trout, dsb. Aturan itu diawasi dengan ketat. Bagi yang melanggar sangsinya cukup berat, bisa berupa denda uang, penyitaan peralatan mancing bahkan kurungan badan.

Awal tahun 1990, di Bali untuk mendapat 20 strikes Giant Trevally (GT) sangatlah mudah. Dengan berat 15 – 50 kg , Tenggiri, 5 – 6 ekor, dengan berat diatas 8 kg  bisa didapat, hanya keluar tidak sampai 3 jam, dengan jarak tidak sampai 10 nautical mile jauhnya. Masih diawal tahun 1990, Lombok jauh lebih menjanjikan daripada Bali.
Pulau Komodo sangat menggemparkan  dunia pemancingan dengan jumlah strike diatas 25 kali per harinya serta besar ikan yang sangat menguras tenaga pemancing. Daerah-daerah tersebut sekarang sudah sangat menurun potensi ikannya. Jumlah strike dan ukuran yang didapat jauh dari harapan meskipun dengan kerja keras.  Bisa jadi ditempat lain pun akan kita temukan cerita yang sama..

Melihat hal tersebut diatas,maka sangatlah perlu diambil langkah yang positif
untuk mengatasinya, sebelum populasi ikan benar-benar punah. Memang tidak ada jaminan bahwa, ikan yang di release dapat 100% hidup. Andaikan ikan yang di release  10%  nya saja yang bisa hidup dan berkembang biak, bisa jadi populasi ikan akan terjaga.

Berawal dari 1 ekor, yang lain akan mengekor.

 

CARE =  CARE ECOSYSTEM

Tidak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan berjalannya waktu dan bertambah tuanya usia bumi ini bertambah pula kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau dulu, dengan peralatan sederhana para penambang batubara hanya mampu mengangkat beberapa ratus kilo saja dari perut bumi. Tetapi sekarang, ratusan ton dapat dikeruk hanya dalam waktu yang singkat oleh perusahaan besar dengan berbagai peralatan canggihnya.

Nelayan modern dengan kapal serba komplit menggasak kekayaan laut ber ton-ton setiap harinya. Sedangkan, nelayan tradisional berpenghasilan sangat minim, bahkan belum tentu dapat menutupi ongkos melaut mereka. Sang istri menanti di pesisir pantai dengan keranjangnya berharap sang suami pulang membawa hasil yang belum tentu dapat memenuhi keranjangnya. Sementara  anak-anak mereka yang kumal dengan perut setengah kosong bermain, berlari-lari dengan kawan-kawannya yang tidak kalah kumalnya.

Abrasi pantai, banjir dan tanah longsor banyak diberitakan ditelevisi dan koran-koran. Berbagai penyakit yang tidak pernah kita dengar sebelumnya, muncul dimana-mana, menjadi momok yang menakutkan. Manusia dan ikan dibeberapa desa di Minahasa terjangkit penyakit yang mirip dengan penyakit Minamata yang pernah mewabah di Jepang.

Ini semua akibat kerakusan kita, explorasi sumber daya alam baik darat dan laut yang tiada henti tanpa memperhatikan keseimbangan alam. Disatu sisi membawa kesejahteraan bagi segelintir orang, tetapi disisi lain menyengsarakan kehidupan orang banyak. Akankah kita membiarkan ini berlanjut? Akankah kita turut memperparah keadaan ini?

Alam sudah banyak memberi kenikmatan pada kita, haruskah kita balas dengan menghancurkannya? 

Sudah menjadi tanggung jawab moral kita untuk menjaga keseimbangan alam.
Bayangkan kalau anak atau cucu kita nantinya hanya bisa kita warisi dengan dongengan cerita tempo dulu. Dulu disini ikannya banyak, dulu disini lautnya bersih, dulu disini hutannya lebat. Dulu, dulu, dulu dan dulu….. Sementara mereka hanya bisa terbengong-bengong  mendengarkan cerita atau melihat gambar saja tanpa dapat menikmatinya.

 

CARE = OTHER ANGLER.

Informasi sekecil apapun tentunya sangat berarti bagi setiap pemancing. Cuaca, jenis ikan, rata-rata besar ikan, lokasi, kondisi medan, arusnya seperti apa,.kapal untuk mancing, harga sewa kapal, adat istiadat setempat dan lain sebagainya, tentu akan menjadi acuan bagi setiap pemancing. Apalagi untuk daerah baru yang belum dikenalnya. Informasi yang minim sering sekali membuat suatu perjalanan mancing menjadi tidak nyaman, sia-sia, bahkan gagal total.

Kompetisi? Adalah hal yang biasa.  Yang luar biasa adalah apabila menganggap remeh orang lain. Pandangan sinis,  sikap melecehkan masih sering terlihat pada sesama pemancing,baik orang per orang maupun kelompok satu dengan kelompok lainnya. Yang satu merasa lebih tinggi dari yang lainnya.  Atau yang satu merasa lebih mampu dari yang lain. Sikap yang kurang simpatik ini akan membuat tidak terjalinnya komunikasi dua arah antar mereka.. Sehingga aliran informasi yang diharapkan susah didapat. Yang rugi? Tentunya pemancing itu sendiri. Kebutuhan informasi sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok,tidak kalah dengan kebutuhan perlengkapan alat pancing itu sendiri.

Berbagi informasi,pengalaman maupun ilmu hendaknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan mancing itu sendiri. Yang memiliki pengetahuan lebih hendaknya mau berbagi pada yang membutuhkan. Sebaliknya, bagi penerima hendaknya pengetahuan atau informasi yang didapat dimanfaatkan dengan baik dan positif. Jangan sampai merusak alam ataupun merugikan orang lain.

“Seekor ikan besar hanya  mengenyangkan segelintir orang, Sepotong kecil kue mancing dapat memuaskan ribuan orang”.                                                                                                                          
                                                                                                                    

CARE = SAFETY

Sering sekali kita mendengar seorang pemancing terkena mata kail. Sering juga kita mendengar perahu atau kapal terbalik atau tenggelam. Ada pula berita orang jatuh dari tebing sewaktu memancing. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja dan kapan saja dan pada siapa saja. Yang terjadi kemudian adalah saling menyalahkan,semua mencari pembenaran diri sendiri. Mengkambing hitamkan orang lain padahal, diri sendirilah kambing yang berwarna hitam tadi.

Kalau kita simak dengan teliti, lebih dari 80 % tingkat kecelakaan adalah Human Error, akibat kesalahan sendiri. Joran patah atau reel rontok yang disalahkan produsennya. Padahal bisa jadi hal tersebut  terjadi akibat perlakuan kita terhadap alat yang tidak pada tempatnya. Jatuh pada saat mancing,yang disalahkan medannya atau perahunya yang kurang stabil. Belum tentu! Pernahkah kita berpikir, kejadian tersebut akibat dari pemakaian alas kaki yang tidak sesuai dengan kondisi medannya? Pernahkah kita berpikir itu akibat dari kita salah menempatkan suatu barang yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan kaki kita tersangkut atau terantuk oleh karenanya?

Contoh sederhana diatas sering kita alami. Sepele!  Tapi bisa berakibat fatal !. Persiapan yang matang sangat diperlukan untuk setiap perjalanan mancing.

Life jacket,tang,gunting,pisau dan P3K hendaknya dijadikan perlengkapan standard yang mejadi suatu kesatuan dengan peralatan mancing itu sendiri.

Kondisi dan kesiapan kapal/perahu serta cuaca, bahan bakar, mesin kapal serta jumlah peserta, alat komunikasi patut menjadi pertimbangan sebelum berangkat.

Apalah arti kesenangan kalau berakibat celaka diri sendiri atau orang lain ?

Adhek Amerta.

Catatan :
Program CARE ini berawal tahun 2004 dari ide bersama. H.M. Ismeth, Totok W Juniarto, Adhek Amerta.   Kemudian didukung  oleh teman – teman  Lutfi Talib, Ferdy Wenas.